Pelantikan Presiden dan Wakil
Presiden terpilih Jokowidodo- Jusuf Kalla baru saja digelar pada Senin 20
Oktober 2014 kemarin, sekarang tibalah waktunya beliau memimpin bangsa ini
selama 5 tahun kedepan,harapannya bapak Joko Widodo bisa merealisasikan janji –
janjinya pada saat kampanye kemarin, agar dapat membawa perubahan
bagi bangsa ini kearah yang lebih baik kedepannya .
Dari tahun 1945 sampai saat ini
,indonessia telah mengalami pergantian pemimpin sebanyak tujuh kali,layaknya
sebuah siklus , pergantian pemimpin sudahlah hal yang sangat wajar bagi kita,
karena sebagai mana yang telah diatur oleh Undang-Undang.
Didalam setiap dekade
kepemimpinan memiliki cerita yang berbeda-beda , jatuh bangunya pemerintahan
, pahit manisnya roda pemerintahan kita kala itu memberikan sebuah penilaian
pada masyarakat terhadap seorang sosok pemimpin.
Sekedar melihat kebelakang ,
pada massa pemerintahan sebelumnya yaitu pada masa pemerintahan Susilo Bambang
Yudhoyono-Jusuf Kalla 2004-2009. Indonesia diterpa oleh sebuah bencana alam
Tsunami yang sangat hebat dan begitu memukul masyarakat Indonesia Khususnya
masyarakat Aceh,dimana sarana dan prasarana hancur,ribuan orang meninggal
dunia,dan perekonomian disana menjadi lumpuh total. Hal ini menjadi
massalah sekaligus beban yang amat berat khususnya diawal-awal pemerintahan
Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla waktu itu ,namun pasca tsunami kita
bergegas bangkit ,bangkitnya kita karna kita bersatu dan saling bahu membahu
dalam menyembuhkan luka itu.
Namun jika penulis melihat
dimasa pemerintahan Jokowi-Jk yang baru ini ,persoalan yang utamanya itu justru
datang dari kancah perpolitikan tanah air, .meskipun Presiden terpilih sudah
resmi dilantik dan di tetapkan sebagai presiden ke Tujuh Republik Indonesia ,
proses tersebut bukanlah akhir dari pertarungan politik antar kubu Koalisi
Merah Putih dengan Kubu Indonesia Hebat, malahan penulis menilai pertarungan
politik pascapilpres merupakan pertarungan yang sesungguhnya baru akan dimulai
.
Sebut saja kisruh dalam
pemilihan alat kelengkapan dewan . Saling banting – membanting meja
mewarnmai persidanagan , hal itu seolah-olah memberikan gambaran bagi
kita mengenai kinerja para wakil kita di DPR di awal kepemimpinannya.
Mereka seolah-olah memperjuangkan itu semua demi rakyat,tapi kalau penulis
menilai aksi mereka bukan semata-mata untuk rakyat melainkan untuk kepentingan
koalisi partai mereka sendiri. tak heran jika legitimasi rakyat seolah menjadi
amunisi para penguasa dalam menggempur lawan politiknya.
Melihat keadaan tersebut ,menuju
persatuan dan kesatuan politik hanya menjadi sebuah mimpi besar bagsa
ini,pasalnya panggung kekuasaan mulai dari Legislatif,Eksekutif dan Yudikatif
bag arena peperangan bagi penguasa dalam memperoleh sebuah kekuasaan.
Hal ini seharusnya menjadi
sorotan utama bagi pemerintah,jika tidak bagaimana kita mau konsen menghadapi
tantangan bangsa ini kedepannya kalau kita masih saja di sibukan dengan
urusan politik dalam negeri.
Untuk itu perlunya kedewasaan
bagi kita semua khususnya bagi kedua kubu yang bertikai.Menuju Indonesia Satu
adalah komitmen yang tidak bisa ditawar-tawar lagi ,menuju indonesia satu
adalah sebuah komitmen yang harus kita bangun bersama , sudah saatnya kita
saling bergandengan tangan dalam membangun negeri ini menuju cita-citanya
,Smoga ..
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.