Pasca berakhirnya
perang dunia II yang mengakibatkan kekalahan Jepang dan sekaligus mengakhiri
kekuasaanya atas Indonesia tentu belum serta merta membebaskan bangsa Indonesia
dari penjajahan. Kekalahan Jepang pada perang dunia ke II pada akhirnya membuat
Belanda kembali datang ke Indonesia untuk menguasai kembali republik Indonesia
yang pada saat itu baru saja menyatakan kemerdekaannya. Pasukan sekutu yang
datang ke Indonesia dengan di boncengi oleh tentara NICA (Netherlands-Indies Civil Administration) yang pada mulanya datang kembali ke Indonesia untuk melucuti
tentara Jepang dan membebaskan kembali para tawanan Belanda yang ditahan oleh
tentara Jepang pada akhirnya ingin menguasai kembali seluruh wilayah Indonesia.
Dan Hal ini pula yang kemudian menandai bahwa pasca pembacaan teks proklamasi
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 bukanlah merupakan perjuangan akhir
bangsa Indonesia untuk dapat lepas dari penjajahan.
Kegembiraan atas
kemerdekaan bangsa Indonesia yang dirasakan oleh rakyat yang berumur belum
sampai seumur jagung itu kemudian kembali harus ditangguhkan karena kedatangan kembali
sekutu dan tentara Belanda untuk menguasai wilayah Indonesia.
Berbeda dengan
kedatangan sebelumnya dimana kedatangan bangsa Belanda yang hanya mendapat
perlawanan yang bersifat lokal dan kedaerahan saja. Kedatangan belanda kali ini
mendapat perlawanan yang sangat hebat dari seluruh rakyat dan para pejuang
bangsa Indonesia. Bukan hanya lokal atau daerah tertentu saja melainkan hampir
diseluruh penjuru nusantara yang diantaranya adalah:
1.
Insiden
Bendera di Surabaya
Insiden bendera di Surabaya diawali oleh
pendaratan tentara sekutu dan NICA di Surabaya. Sekutu dan Belanda kemudian
menduduki hotel Yamato untuk menjadikan hotel eks pemerintahan jepang itu
sebagai markas dari tentara Belanda. Belanda kemudian menurunkan bendera merah
putih milik Indonesia yang dikibarkan di hotel tersebut dan kemudian
menggantinya dengan bendera milik belanda yaitu merah putih biru.
Sumber Gambar:id.wikipedia.org
Melihat tindakan belanda tersebut tentu
saja menimbulkan kemarahan dari rakyat Surabaya. Dengan gagah berani arek-arek
Surabaya menyerbu hotel Yamato dan menurunkan bendera Belanda. Bendera Belanda
yang diturunkan tersebut kemudian dirobek warna birunya sehingga tinggalah
warna merah dan putih. Bendera tersebut kemudian dikibarkan kembali, dan untuk
mengenang peristiwa tersebut, kini di depan hotel Yamato dibangun sebuah
monument perjuanagan.
2.
Peristiwa
Heroik di Surabaya
Peristiwa ini dimulai dari kedatangan
sekutu yang dipimpin oleh Brigjen A.W.S. Mallaby mendarat di Tanjung Perak,
Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945. Kedatangan sekutu di kota Surabaya
ternyata membuat ulah. Tentara sekutu yang datang ke kota Surabaya kemudian
membebaskan orang-orang belanda yang berada di penjara Kalisosok. Para tawanan
tersebut kemudian dipersenjatai. Melihat hal tersebut maka rakyatpun mulai
melakukan perlawanan yang pada akhirnya terjadilah pertempuran diberbagai
tempat.
Pertempuran- pertempuran tersebut baru
mereda setelah tercapainya perundingan genjatan senjata. Akan tetapi, tembak
menembak masih terjadi di Gedung Internatio dekat Jembatan Merah.
Tembak-tembakanpun semakin genjar hingga pada insiden tembak- menembak tersebut
menewaskan Brigjen A.W.S. Mallaby.
Tewasnya Brigjen A.W.S. Mallaby
menjadikan hubungan antara tentara sekutu (Ingris) dengan Indonesia semakin
memburuk. Pihak sekutu kemudian menuduh bahwa pihak Indonesialah sebagai pihak
yang harus bertanggung jawab atas tewasnya Brigjen A.W.S. Mallaby.
Untuk menindak lanjuti hal tersebut
pihak Ingris dibawah pimpinan E.C. Mansergh mengeluarkan ultimatum kepada
Indonesia agar tentara dan para pemuda Surabaya menyerah paling lambat tanggal
10 November 1945 pukul 06:00. Ultimatum yang dikeluarkan oleh sekutu ternyta
tidak diperdulikan. Ingris naik pitam dan segera mengrahkan pasukannya untuk
melancarkan serangan besar-besaran di kota Surabaya. Para pejuang kita berusaha
dengan sekuat tenaga menangkis serangan demi serangan yang dilancarkan oleh
sekutu baik dari darat, laut, maupun udara.
Sumber Gambar:Tanjoo-DeviantArt
Melihat kekuatan sekutu yang begitu
kuat, para pemimpin yang memimpin pasukan pejuang Indonesia tak henti-hentinya
memberikan dorongan dan semagat kepada para pejuang kita. Pemimpin pemimpin tersebut
diantaranya adalah Bung Tomo, Gubernur Suryo, Ktut Tantri (seorang wanita
Amerika), dan Jonosewoyo (Komandan Divisi Surabaya).
Kurang lebih hampir tiga minggu para
pejuang di Surabaya bertempur mati-matian untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Dalam peristiwa tersebut banyak korban yang gurur dari kedua belah pihak. Dan
untuk mengenang semangat kepahlawanan para pejuang Indonesia dalam pertempuran
tersebut maka, pada setiap tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan. Dan di Surabaya
didirikanlah sebuah Tugu Pahlawan.
3.
Pertempuran
Ambarawa
Pertempuran Ambarawa bermula dari
kedatangan sekutu bersama NICA. Tentara Sekutu dan NICA melakukan gerak mundur
ke Ambarawa. Sesampainya mereka di Ambarawa, pasukan sekutu dan NiCA kemudian bertemu
dengan pasukan-pasukan mereka yang lainya. Mereka kemudian memutuskan untuk
memusatkan kekuatanya di Ambarawa.
Pada tanggal 23 November 1945 terjadilah
pertempuran antara tentara sekutu yang didukung oleh Belanda dengan para
pejuang Indonesia.
Pada tanggal 26 November 1945, sekutu
juga melancarkan serangan udarayang bertubi-tubi di kota Ambarawa. Pada
pertempuran tersebut, Letkol Isdiman yang baru saja diserahi pimpinan tempur
gugur tertembak pasukan sekutu. Selanjutnya tampilah Kolonel Sudirman selaku
panglima Divisi Bayumas untuk menggantikan Letkol Isdiman dalam memimpin
serangan ke Ambarawa.
Sebagai pimpinan perang, Kolonel
Sudirman kemudian merancang serangan dengan taktik sumpit urang untuk menyerang pasukan sekutu dan Belanda. Pada
tanggal 12 Desember 1945 kota Ambarawa dikepung oleh pasukan Indonesia
sehingga, pasukan sekutu terkepung dan bertahan di Benteng Willem. Sekutu terus
terdesak hingga akhirnya pada tanggal 15 Desember 1945, sekutu meninggalkan
Ambarawa dan menuju Semarang.
Sumber Gambar:id.wikipedia.org
Perginya
sekutu dari Ambarawa menandai
berakhirnya pertempuran di Ambarawa. dan
untuk mengenang peristiwa tersebut didirikanlah tugu palagan Ambarawa dan pada setiap tanggal 15 Desember dijadikan
sebagai Hari Infanteri.
4.
Bandung
Lautan Api
Pada
hari dimana pertama sekali teks proklamasi dibacakan di Jakarta, yang dimana
hal tersebut menandai kemerdekaan bangsa Indonesia dari tanggan penjajah
ternyata tidak serta merta dialami oleh seluruh wilayah di Indonesia. Pasalnya,
pada tanggal 17 Agustus 1945, pasukan sekutu memasuki kota Bandung. Tanpa
menghiraukan penduduk, pasukan sekutu yang dibantu oleh NICA mulai menduduki
wilayah Bandung utara. Sekutu kemudian mengeluarkan ultimatum yang isinya
sebagai berikut:
a. Rakyat
dan para pemuda harus menyerahkan kepada sekutu senjata yang direbut dari
tangan Jepang.
b. Bandung
utara harus dikosongkan dari orang-orang republik selambat-lambatnya tanggal 29
November 1945.
Namun, ultimatum sekutu
ini tidak mendapatkan tanggapan dari rakyat dan para pemuda. Oleh karena hal
tersebut, sejak saat itu timbulah ketegangan yang dimana saat itu sekutu
bersama NICA mulai melancarkan serangan. Para pejuang kita tak henti-hentinya
untuk terus melakukan perlawanan demi perlawanan.Pertempuran terjadi di
berbagai tempat yang diantaranya adalah disekitar pabrik kina di Jalan Riau,
Hotel Preanger dan Gedung Sate pada tanggal 28 November 1945.
Pertempuran sengit
terjadi di wilayah Bandung. Para pemuda membakar rumah-rumah orang Belanda yang
kemudian membuat sekutu naik pitam sehingga mereka melancarkan serangan bom
dari udara yang pada akhirnya mengakibatkan banyaknya jatuh korban.
Pada tanggal 23 Maret
1946, sekutu kembali mengeluarkan ultimatum. Sekutu memerintahkan kepada TRI
dan penduduk untuk mengosongkan seluruh kota Bandung dan mundur keluar kota.
Untuk menghindari jatuhnya korban, pemerintah RI menyetujui pengosongan kota
Bandung. TRI kemudian juga menyetujui
hal tersebut tetapi dengan siasat:
a. Sambil
meninggalkan tempat, tentara dan penduduk diperintahkan untuk membakar semua
bangunan yang ada. Hal ini bertujuan agar tentara sekutu tidak dapat
mempergunakan kembali gedung-gedung peninggalan rakyat untuk mereka gunakan
sebagai markas maupun tempat beristirahat.
b. Sesudah
matahari terbenam, penduduk diperintahkan melancarkan serangan ke Bandung utara
dan melakukan bumi hangus.
Kota Bandung kebudian
dibakar sehingga menjadi “lautan api” dan untuk mengenang peristiwa tersebut
maka diciptakanlah sebuah lagu halo-halo Bandung.
Sumber Gambar: seruni.id
5.
Peristiwa
Medan Area
Pada
tanggal 09 Oktober 1945, pasukan sekutu bersama tentara NICA mendarat di
Sumatera Utara. Pasukan sekutu dipimpin oleh T.E.D. Kelly. Pada awalnya
kedatangan mereka disambut baik oleh para tokoh dan masyarakat di Sumatera
Utara. Akan tetapi, tindakan tentara sekutu menyakitkan rakyat. Sekutu
membebaskan para tawanan Belanda dan dibentuk menjadi KNIL.
Pada
tanggal 13 Oktober 1945, terjadi peristiwa di sebuah hotel yang terletak di
jalan Bali, Medan. Seorang oknum penghuni hotel menginjak-injak lencana merah
putih . akibatnya hotel tersebut diserang oleh para pemuda kita sehingga
timbulah banyak korban. Peristiwa inilah yang mengawali pertempuran Medan Area.
Sumber Gambar: Saksi bisu Medan Area - youtube.com
Untuk
menghadapi segala bentuk kemungkinan, TKR dan berbagai badan perjuangan lainnya
telah membentuk kesatuan perjuangan. Kesatuan perjuangan itu adalah Barisan
Pemuda Indonesia di bawah pimpinan Ahmad Taher. Akan tetapi, bentrokan terus
meluas dan terjadi di berbagai daerah. Perkembangan ini dipandang oleh sekutu
sebagai sesuatu yang sudah sangat membahayakan. Oleh karena itu pada tanggal 18
oktober 1945 sekutu mengeluarkan ultimatum agar rakyat menyerahkan semua
senjata kepada sekutu. Rakyat tidak mau mematuhi ultimatum tersebut akibatnya,
pasukan sekutu melancarkan aksi militer secara besar-besaran dan rakyatpun
berusaha melakukan perlawanan dengan sekuat tenaga.
6.
Puputan
Margarana
Puputan
yang berarti habis- habisan. Pertempuran habis-habisan yang dilakukan oleh
rakyat Bali untuk melawan sekutu ialah dilator belakangi oleh disepakatinya
perundingan Linggajati yang isinya adalah bahwa Belanda mengakui secara de facto wilayah RI yang terdiri atas
Sumatera, Jawa dan Madura. Oleh karena Bali tidak termasuk kepada wilayah RI di
dalam perundingan tersebut maka Belanda merasa bebas untuk kembali datang dan
menguasai Bali. Namun, rakyat bersama Letkol I Gusti Ngurah Rai terus berjuang
dengan sekuat tenaga untuk mengusir Belanda dari tanah Bali. Ngurah Rai juga
menolak ajakan Belanda untuk bekerjasama mendirikan Republik Indonesia Timur.
Bahkan, Ngurah Rai terus berjuang dengan sekuat tenaga untuk mengusir belanda
yaitu dengan melakukan long march
dari kota satu ke kota lainya. Pasukan Ngurah Rai melancarkan serangan demi
serangan kepada Belanda.
Sumber Gambar: satujam.com
Pada
tanggal 18 November 1946, tentara Ngurah Rai mulai menyerang Tabanan dan
berhasil menaklukan Belanda. Belanda yang tidak terima akan tersebut kemudian
berusaha untuk membalas dendam. Belanda segera mengerahkan seluruh kekuatannya
dari Bali dan Lombok. Melihat kekuatan yang tidak seimbang, pasukan Ngurah Rai
kemudian melakukan perang puputan di desa Margarana. Pertempuran yang terjadi
di Margarana dimulai pada tanggal 20 November 1946. Dalam pertempuran tersebut,
pada tanggal 29 November 1946, Ngurah Rai gugur sebagai kusuma bangsa.
7.
Peristiwa
Merah Putih di Minahasa
Berita
proklamasi kemerdekaan Indonesia yang sampai di Minahasa Sulawesi Utara
disambut dengan rasa syukur, dan gembira oleh rakyat. Seperti di daerah
lainnya, rakyat Minahasa kemudian melakukan aksi pelucutan senjata dan
pengoperan kekuasaan dari tangan Jepang. Aksi ini terjadi pada tanggal 22 Agustus
1945. Gerakan rakyat Minahasa ini diprakarsai oleh Dewan Minahasa yang dipimpin
oleh Palengkahu. Aksi dilakukan dengan menurunkan bendera-bendera yang ada
dikantor-kantor dan kemudian menggantinya dengan mengibarkan bendera Merah
Putih. Hal ini tentunya menambah kegembiraan rakyat Minahasa. Akan tetapi pada
awal September 1945, tentara sekutu yang diwakili oleh tentara Australia
mendarat di Minahasa. Kedatangan mereka ternyata diikuti oleh tentara NICA.
NICA
dengan segera melancarkan aksinya untuk menegakkan kembali kekuatannya. Sekutu
dan NICA kemudian mengeluarkan perintah untuk larangan pengibaran bendera Merah
Putih di Minahasa.
Rakyat tidak
menghiraukan larangan tersebut. Dengan semboyan “Hidup atau Mati” rakyat
Minahasa bertekat untuk tetap mempertahankan berkibarnya Sang Saka Merah Putih
di tanah Minahasa. Oleh karena hal tersebut pada akhirnya bentrokan dan
pertempuran antara rakyat dan tentara sekutu tidak dapat dihindari.
Bentrokan terjadi di
Tondano dan Tomohon. Pihak sekutu cukup kuat dan didukung oleh persenjataan
yang lengkap. Oleh karena itu, perjuanganrakyat Minahasa dilanjutkan dengan
perjuangan melalu bawah tanah (sembunyi-sembunyi).
8.
Pertempuran
Rakyat Makasar
Pada bulan September 1946, Belanda
mengirimkan pasukan ke Makasar dibawah pimpinan Kapten Reymond Westerling. Pasukan
Westerling bertindak kejam. Pasukan Westerling banyak melakukan pembunuhan
masal terhadap rakyat Makasar. Akibatnya, terjadi perlawanan rakyat Makasar
kepada Belanda. Perlawanan dipimpin oleh Wolter Mongonsidi. Akan tetapi, Wolter
Mongonsidi berhasil ditangkap Belanda dan kemudian dijatuhi hukuman mati.
Daftar Pustaka
Sardiman. Dkk. 2015. Pembelajaran IPS Terpadu Untuk Kelas IX SMP dan MTS. Solo:
Platinum.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.