Monday, May 8, 2017

Mengapa Bank Indonesia Tidak Mencetak Uang Banyak- Banyak ?



Oleh : Muhammad Yusuf



Uang merupakan sebuah alat tukar yang digunakan oleh setiap orang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan uang seseorang dapat melakukan berbagai hal seperti membeli barang, membeli makanan, membayar sewa rumah, membayar biaya sekolah, mentraktir teman, dan membuka usaha. Dengan uang kita juga bisa menyuruh orang lain untuk menjaga rumah milik kita, membukakan pintu mobil kita, memasak makanan yang kita suka dan masih banyak lagi yang lainnya 

Seseorang rela bangun sangat pagi dan pulang larut malam demi mendapatkan uang. Seseorang rela melakukan hal- hal yang keji sekalipun seperti korupsi, menipu, merampok demi mendapatkan uang.

Sebegitu pentingkah uang bagi kita ? mungkin itulah yang melintas sesaat didalam pikiran kita dan secara cepat pula logika membenarkannya. 

Uang menjadi sesuatu yang sangat penting dan harus dimiliki oleh setiap orang didalam kehidupannya, baik sekarang, esok atau lusa maupun dimassa yang akan mendatang keberadaannya menjadi sangat tidak terpisahkan. Uang menjadi sanggat penting sehingga tak salah jika ada sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa “Uang tidak dibawa mati tetapi jika tidak ada uang seperti mau mati”.

Di Indonesia sendiri ternyata masih banyak orang- orang yang tidak memiliki uang..termasuk saya sendiri,,, bukan tidak ada sih sebenarnya,,,,,ada uang tapi tidak banyak.

Pernah saya berfikir kenapa pemerintah seperti Bank Indonesia (BI) yang berwenang dalam hal ini tidak mencetak dan mengedarkan uang secara Cuma- Cuma kepada saya ataupun kepada semua orang di seluruh Indonesia agar tidak ada lagi orang yang bangun sangat pagi dan pulang larut malam atau orang yang tega melakukan hal- hal keji demi mendapatkan uang. Saya terus memikirkan hal tersebut dan setelah membaca berbagai sumber akhirnya saya menemukan jawabannya.

Dalam menerbitkan atau mencetak uang, terdapat dua macam sistem, yang disebut “pseudo gold” dan “uang fiat”. 

Dalam sistem pseudo gold, uang yang dicetak dan beredar didukung dengan cadangan emas atau perak yang dimiliki badan yang menerbitkannya. Atau dengan kata lain, jumlah uang yang beredar harus seimbang dengan jumlah emas yang dicadangkan sehingga tidak terjadi ketimpangan yang dapat menyebabkan menurunnya nilai uang yang diedarkan tersebut.

Sedangkan dalam sistem uang fiat, uang yang beredar tidak didukung aset yang riil, bahkan tidak didukung apa-apa. Artinya, dalam sistem fiat, pemerintah atau badan yang menerbitkan uang bisa mencetak uang sebanyak apa pun sesuai keinginan. Dalam sistem ini pemerintah memang di berikan kebebasan dalam menerbitkan atau mengedarkan uang sebanyak apapun yang mereka butuhkan, namun kebebasan tersebut jangan disalah artikan sebagai suatu bentuk kebebasan yang absolute (mutlak) hal ini dikarenakan kebebasan menerbitkan jumlah uang yang di berikan kepada mereka harus juga mempertimbangkan kondisi perekonomian yang ada dinegaranya. 

Uang yang dicetak terlalu banyak akan mengakibatkan nilai uang tersebut menjadi berkurang. Dalam ekonomi, kita tahu, harga barang akan tergantung pada perbandingan jumlah uang yang beredar dan jumlah persediaan barang. Jika barang lebih banyak dari jumlah uang yang beredar, maka harga akan cenderung turun. Sebaliknya, jika jumlah barang lebih sedikit dibanding jumlah uang yang beredar, maka harga-harga akan cenderung naik. Karena itulah, pencetakan uang secara tak langsung juga ditentukan oleh hal tersebut, agar tidak terjadi inflasi, yang dimana inflasi sendiri adalah suatu keadaan dimana harga barang- barang secara umum mengalami kenaikan. Hal ini diakibatkan karena pasokan barang yang ada dipasar sangat sedikit jumlahnya.

Kasus yang terbaru terjadi di Zimbabwe. Pada 2008, pemerintah Zimbabwe mengeluarkan kebijakan untuk mencetak uang dalam jumlah sangat banyak, yang ditujukan untuk memperbanyak pegawai negeri yang diharapkan akan mendukung pemerintah. Hasilnya adalah inflasi yang gila-gilaan. Negara itu bahkan memegang rekor dalam hal inflasi tertinggi di dunia, yaitu 2.200.000% (2,2 juta persen) pada 2008.

Sebegitu cepatnya tingkat inflasi terjadi, hingga kenaikan harga di Zimbabwe tidak terjadi dalam hitungan minggu atau bulan, tetapi menit bahkan detik. Dalam setiap beberapa detik, para pegawai di toko-toko Zimbabwe terus sibuk mengganti label-label harga pada barang-barang yang mereka jual, karena terus terjadi pergantian harga akibat inflasi yang menggila. 

Pada 20 Juli 2008, bank Zimbabwe bahkan menerbitkan pecahan uang senilai 100 milyar dollar, yang merupakan rekor pecahan uang dengan nominal terbesar di dunia. Uang dengan nominal besar itu, ironisnya, tidak memiliki nilai yang sama besarnya, karena digerus oleh inflasi akibat harga-harga yang melambung luar biasa tinggi. Untuk membeli sembako, misalnya, orang di Zimbabwe harus membawa uang sampai seember.

Jadi, negara miskin ataupun negara yang tidak miskin sekalipun, tidak mencetak uang dalam jumlah berlebihan, karena adanya pertimbangan seperti yang digambarkan di atas.

Masih kebayang tidak apa yang bakalan terjadi jika Bank Indonesia mencetak uang banyak- banyak trus di bagikan secara Cuma- Cuma kepada seluruh masyarakat Indonesia.

Jika belum kebayang coba perhatikan Gambar di bawah ini :

Gambar 1
Terjadinya Inflasi Akibat Bank Indonesia Membagikan dan mengedarkan uang Secara Cuma-cuma
 
 
Pada gambar 1 diatas kita dapat melihat bahwa akhir dari tanda panah menunjukan keadaan inflasi. pada gambar ini kita contohkan bahwa ada dua orang petani. Petani adalah orang yang menggarap sejumlah lahan kemudian menanaminya dengan tumbuh- tumbuhan yang bisa ia konsumsi sendiri atau ia jual kepasar untuk mendapatkan uang. Dengan adanya hasil panen ataupun kebutuhan pokok lainnya yang di hasilkan oleh petani maka pasar mengalami kestabilan atau dengan kata lain tidak terjadi kelangkaan barang. 

Namun apa yang kemudian terjadi adalah sejalan dengan pertanyaan kita di awal yaitu (kenapa BI tidak mencetak uang banyak- banyak dan membagikannya kepada masyarakat secara Cuma- Cuma biar tidak ada lagi yang miskin)….Oke lah kita anggap bahwa BI telah mencetak uang banyak- banyak  dan membagikannya kepada masyarakat secara Cuma- Cuma (lihat Kembali gambar 1). BI membagi- bagi uang kepada masyarakat secara Cuma – Cuma dengan harapan agar seluruh masyarakat Indonesia tidak ada yang miskin. 

Pada awalnya para petani berangkat pagi- pagi sekali menanami ladangnya dan kemudian mengutip seluruh hasil panennya  untuk mendapatkan uang. Tapi apa yang terjadi ketika BI telah memberi mereka uang yang begitu banyak secara Cuma- Cuma ?, maka jawabnya adalah mereka jadi tidak mau lagi pergi keladang,,, “Buat apa keladang toh juga udah ada uang banyak kok” begitulah anggapan mereka. Karena petani tidak mau lagi pergi keladang maka secara otomatis tidak ada barang yang ia hasilkan dan pasokan pangan akan berhenti sehingga sayuran dan kebutuhan pangan yang lainnya akan sangat sulit di temui di pasar. Jika ada harganya pun sangat mahal (lihat gambar 1 khususnya yang bertanda silang).

Karena terjadinya kelangkaan maka harga- harga terus menerus mengalami kenaikan. Misalkan 1 Kg beras harganya ketika normal itu berkisar Rp 11.000 per kilo.. namun karena terhentinya pasokan dari petani dan langkanya beras di pasar maka harga beras perkilonya menjadi Rp. 800.000. sungguh kenaikan yang tidak wajar, namun apalah mau di kata beras langka dan terpaksa harus dibeli jika tidak dibeli maka akan kelaparan….

Dari kondisi tersebut kita dapat melihat terjadinya ketimpangan antara jumlah barang yang beredar dengan jumlah uang yang beredar dimasyarakat. Setiap orang memiliki uang yang sangat banyak namun uang tersebut tidak ada nilainya, atau dengan kata lain setiap orang memiliki banyak uang tapi uang tersebut tidak bisa dibelanjakan karena tidak ada barang yang diperjual belikan dipasar. Keadaan inilah yang selanjutnya dinamakan sebagai inflasi sebagai mana yang di jelaskan sebelumnya bahwa inflasi adalah suatu keadaan dimana harga barang mengalami kenaikan secara terus menerus dan nilai uang menjadi sangat rendah. 

Nah jadi dapat kita simpulkan bahwa BI tidak boleh mencetak uang sembarangan apalagi sampai membagi- bagikannya secara Cuma- Cuma kepada masyarakat, karena hal tersebut dapat menimbulkan inflasi,,,,Lalu bagaimana seharusnya kondisi ekonomi yang baik itu ?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka perhatikanlah gambar 2 di bawah ini :

Gambar 2
Kestabilan Ekonomi



Kondisi Ekonomi yang baik terjadi apabil terjadinya keseimbangan antara jumlah uang yang beredar dengan jumlah barang yang tersedia, atau dengan kata lain masyarakat tidak sulit untuk mencari uang dan dan barang kebutuhan yang dibutuhkan oleh masyarakat tersedia di pasar. 

(Lihat Gambar 2), Gambar 2 adalah gambar perekonomian secara normal yaitu dimana seseorang bekerja menghasilkan suatu barang dan kemudian mendapatkan uang. Banyak sedikitnya uang yang didapat tergantung dari sejauh mana orang tersebut mengusahakannya, jika ia bekerja secara giat maka akan semakin banyak barang yang dapat ia hasilkan, semakin banyak barang yang ia hasilkan maka semakin banyak pula uang yang akan ia peroleh.

Pada gambar 2 ini pula kita melihat terjadinya kestabilan ekonomi hal ini dapat dilihat dimana seseorang memiliki uang dan barang kebutuhan hidupnya juga tersedia atau dengan kata lain tidak terjadi ketimpangan antara jumlah uang yang beredar dengan jumlah barang yang tersedia. Dalam menciptakan kestabilan tersebut Bank Indonesia  turut berperan yaitu dengan menjaga kestabilan jumlah uang yang beredar melalui kebijakan moneter yang ia keluarkan untuk menjaga kestabilan nilai mata uang. selain itu dukungan dari pemerintah dan para produsen juga sangat menentukan, produsen dan pemerintah harus menjaga ketersediaan barang yang ada di pasar agar tidak terjadi kelangkaan.

Sekian paparan dari saya, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin…

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.