Oleh
: Muhammad Yusuf
Uang merupakan sebuah
alat tukar yang digunakan oleh setiap orang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan
uang seseorang dapat melakukan berbagai hal seperti membeli barang, membeli
makanan, membayar sewa rumah, membayar biaya sekolah, mentraktir teman, dan membuka
usaha. Dengan uang kita juga bisa menyuruh orang lain untuk menjaga rumah milik
kita, membukakan pintu mobil kita, memasak makanan yang kita suka dan masih
banyak lagi yang lainnya
Seseorang rela bangun
sangat pagi dan pulang larut malam demi mendapatkan uang. Seseorang rela
melakukan hal- hal yang keji sekalipun seperti korupsi, menipu, merampok demi
mendapatkan uang.
Sebegitu pentingkah
uang bagi kita ? mungkin itulah yang melintas sesaat didalam pikiran kita dan
secara cepat pula logika membenarkannya.
Uang menjadi sesuatu
yang sangat penting dan harus dimiliki oleh setiap orang didalam kehidupannya,
baik sekarang, esok atau lusa maupun dimassa yang akan mendatang keberadaannya menjadi
sangat tidak terpisahkan. Uang menjadi sanggat penting sehingga tak salah jika
ada sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa “Uang
tidak dibawa mati tetapi jika tidak ada uang seperti mau mati”.
Di Indonesia sendiri
ternyata masih banyak orang- orang yang tidak memiliki uang..termasuk saya
sendiri,,, bukan tidak ada sih sebenarnya,,,,,ada uang tapi tidak banyak.
Pernah saya berfikir
kenapa pemerintah seperti Bank Indonesia (BI) yang berwenang dalam hal ini
tidak mencetak dan mengedarkan uang secara Cuma- Cuma kepada saya ataupun
kepada semua orang di seluruh Indonesia agar tidak ada lagi orang yang bangun
sangat pagi dan pulang larut malam atau orang yang tega melakukan hal- hal keji
demi mendapatkan uang. Saya terus memikirkan hal tersebut dan setelah membaca
berbagai sumber akhirnya saya menemukan jawabannya.
Dalam menerbitkan atau
mencetak uang, terdapat dua macam sistem, yang disebut “pseudo gold” dan “uang
fiat”.
Dalam sistem pseudo
gold, uang yang dicetak dan beredar didukung dengan cadangan emas atau perak
yang dimiliki badan yang menerbitkannya. Atau dengan kata lain, jumlah uang
yang beredar harus seimbang dengan jumlah emas yang dicadangkan sehingga tidak
terjadi ketimpangan yang dapat menyebabkan menurunnya nilai uang yang diedarkan
tersebut.
Sedangkan dalam sistem
uang fiat, uang yang beredar tidak didukung aset yang riil, bahkan tidak
didukung apa-apa. Artinya, dalam sistem fiat, pemerintah atau badan yang
menerbitkan uang bisa mencetak uang sebanyak apa pun sesuai keinginan. Dalam
sistem ini pemerintah memang di berikan kebebasan dalam menerbitkan atau
mengedarkan uang sebanyak apapun yang mereka butuhkan, namun kebebasan tersebut
jangan disalah artikan sebagai suatu bentuk kebebasan yang absolute (mutlak)
hal ini dikarenakan kebebasan menerbitkan jumlah uang yang di berikan kepada
mereka harus juga mempertimbangkan kondisi perekonomian yang ada dinegaranya.
Uang yang dicetak
terlalu banyak akan mengakibatkan nilai uang tersebut menjadi berkurang.
Dalam
ekonomi, kita tahu, harga barang akan tergantung pada perbandingan jumlah uang yang
beredar dan jumlah persediaan barang. Jika barang lebih banyak dari jumlah uang
yang beredar, maka harga akan cenderung turun. Sebaliknya, jika jumlah barang
lebih sedikit dibanding jumlah uang yang beredar, maka harga-harga akan
cenderung naik. Karena itulah, pencetakan uang secara tak langsung juga
ditentukan oleh hal tersebut, agar tidak terjadi inflasi, yang dimana inflasi
sendiri adalah suatu keadaan dimana harga barang- barang secara umum mengalami
kenaikan. Hal ini diakibatkan karena pasokan barang yang ada dipasar sangat
sedikit jumlahnya.
Kasus yang terbaru
terjadi di Zimbabwe. Pada 2008, pemerintah Zimbabwe mengeluarkan kebijakan
untuk mencetak uang dalam jumlah sangat banyak, yang ditujukan untuk
memperbanyak pegawai negeri yang diharapkan akan mendukung pemerintah. Hasilnya
adalah inflasi yang gila-gilaan. Negara itu bahkan memegang rekor dalam hal
inflasi tertinggi di dunia, yaitu 2.200.000% (2,2 juta persen) pada 2008.
Sebegitu cepatnya
tingkat inflasi terjadi, hingga kenaikan harga di Zimbabwe tidak terjadi dalam
hitungan minggu atau bulan, tetapi menit bahkan detik. Dalam setiap beberapa
detik, para pegawai di toko-toko Zimbabwe terus sibuk mengganti label-label
harga pada barang-barang yang mereka jual, karena terus terjadi pergantian
harga akibat inflasi yang menggila.
Pada 20 Juli 2008, bank
Zimbabwe bahkan menerbitkan pecahan uang senilai 100 milyar dollar, yang
merupakan rekor pecahan uang dengan nominal terbesar di dunia. Uang dengan
nominal besar itu, ironisnya, tidak memiliki nilai yang sama besarnya, karena
digerus oleh inflasi akibat harga-harga yang melambung luar biasa tinggi. Untuk
membeli sembako, misalnya, orang di Zimbabwe harus membawa uang sampai seember.
Jadi, negara miskin ataupun
negara yang tidak miskin sekalipun, tidak mencetak uang dalam jumlah
berlebihan, karena adanya pertimbangan seperti yang digambarkan di atas.
Masih kebayang tidak
apa yang bakalan terjadi jika Bank Indonesia mencetak uang banyak- banyak trus
di bagikan secara Cuma- Cuma kepada seluruh masyarakat Indonesia.
Jika belum kebayang coba
perhatikan Gambar di bawah ini :
Gambar
1
Terjadinya
Inflasi Akibat Bank Indonesia Membagikan dan mengedarkan uang Secara Cuma-cuma
Pada gambar 1 diatas
kita dapat melihat bahwa akhir dari tanda panah menunjukan keadaan inflasi.
pada gambar ini kita contohkan bahwa ada dua orang petani. Petani adalah orang
yang menggarap sejumlah lahan kemudian menanaminya dengan tumbuh- tumbuhan yang
bisa ia konsumsi sendiri atau ia jual kepasar untuk mendapatkan uang. Dengan
adanya hasil panen ataupun kebutuhan pokok lainnya yang di hasilkan oleh petani
maka pasar mengalami kestabilan atau dengan kata lain tidak terjadi kelangkaan
barang.
Namun apa yang kemudian
terjadi adalah sejalan dengan pertanyaan kita di awal yaitu (kenapa BI tidak
mencetak uang banyak- banyak dan membagikannya kepada masyarakat secara Cuma-
Cuma biar tidak ada lagi yang miskin)….Oke lah kita anggap bahwa BI telah mencetak
uang banyak- banyak dan membagikannya
kepada masyarakat secara Cuma- Cuma (lihat Kembali gambar 1). BI membagi- bagi
uang kepada masyarakat secara Cuma – Cuma dengan harapan agar seluruh masyarakat
Indonesia tidak ada yang miskin.
Pada awalnya para
petani berangkat pagi- pagi sekali menanami ladangnya dan kemudian mengutip
seluruh hasil panennya untuk mendapatkan
uang. Tapi apa yang terjadi ketika BI telah memberi mereka uang yang begitu
banyak secara Cuma- Cuma ?, maka jawabnya adalah mereka jadi tidak mau lagi
pergi keladang,,, “Buat apa keladang toh juga udah ada uang banyak kok”
begitulah anggapan mereka. Karena petani tidak mau lagi pergi keladang maka
secara otomatis tidak ada barang yang ia hasilkan dan pasokan pangan akan
berhenti sehingga sayuran dan kebutuhan pangan yang lainnya akan sangat sulit
di temui di pasar. Jika ada harganya pun sangat mahal (lihat gambar 1 khususnya
yang bertanda silang).
Karena terjadinya
kelangkaan maka harga- harga terus menerus mengalami kenaikan. Misalkan 1 Kg
beras harganya ketika normal itu berkisar Rp 11.000 per kilo.. namun karena
terhentinya pasokan dari petani dan langkanya beras di pasar maka harga beras
perkilonya menjadi Rp. 800.000. sungguh kenaikan yang tidak wajar, namun apalah
mau di kata beras langka dan terpaksa harus dibeli jika tidak dibeli maka akan
kelaparan….
Dari kondisi tersebut
kita dapat melihat terjadinya ketimpangan antara jumlah barang yang beredar
dengan jumlah uang yang beredar dimasyarakat. Setiap orang memiliki uang yang
sangat banyak namun uang tersebut tidak ada nilainya, atau dengan kata lain setiap
orang memiliki banyak uang tapi uang tersebut tidak bisa dibelanjakan karena
tidak ada barang yang diperjual belikan dipasar. Keadaan inilah yang
selanjutnya dinamakan sebagai inflasi sebagai mana yang di jelaskan sebelumnya
bahwa inflasi adalah suatu keadaan dimana harga barang mengalami kenaikan
secara terus menerus dan nilai uang menjadi sangat rendah.
Nah jadi dapat kita
simpulkan bahwa BI tidak boleh mencetak uang sembarangan apalagi sampai
membagi- bagikannya secara Cuma- Cuma kepada masyarakat, karena hal tersebut
dapat menimbulkan inflasi,,,,Lalu bagaimana seharusnya kondisi ekonomi yang
baik itu ?
Untuk menjawab
pertanyaan tersebut maka perhatikanlah gambar 2 di bawah ini :
Gambar
2
Kestabilan
Ekonomi
Kondisi Ekonomi
yang baik terjadi apabil terjadinya keseimbangan antara jumlah uang yang
beredar dengan jumlah barang yang tersedia, atau dengan kata lain masyarakat
tidak sulit untuk mencari uang dan dan barang kebutuhan yang dibutuhkan oleh
masyarakat tersedia di pasar.
(Lihat Gambar
2), Gambar 2 adalah gambar perekonomian secara normal yaitu dimana seseorang
bekerja menghasilkan suatu barang dan kemudian mendapatkan uang. Banyak
sedikitnya uang yang didapat tergantung dari sejauh mana orang tersebut
mengusahakannya, jika ia bekerja secara giat maka akan semakin banyak barang
yang dapat ia hasilkan, semakin banyak barang yang ia hasilkan maka semakin
banyak pula uang yang akan ia peroleh.
Pada gambar 2
ini pula kita melihat terjadinya kestabilan ekonomi hal ini dapat dilihat
dimana seseorang memiliki uang dan barang kebutuhan hidupnya juga tersedia atau
dengan kata lain tidak terjadi ketimpangan antara jumlah uang yang beredar
dengan jumlah barang yang tersedia. Dalam menciptakan kestabilan tersebut Bank
Indonesia turut berperan yaitu dengan
menjaga kestabilan jumlah uang yang beredar melalui kebijakan moneter yang ia
keluarkan untuk menjaga kestabilan nilai mata uang. selain itu dukungan dari
pemerintah dan para produsen juga sangat menentukan, produsen dan pemerintah
harus menjaga ketersediaan barang yang ada di pasar agar tidak terjadi
kelangkaan.
Sekian paparan
dari saya, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin…
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.