Wednesday, July 27, 2016

Pemanfaatan Nira Menjadi Gula Semut Sebagai Upaya Menciptakan Swa Sembada Gula di Indonesia

Oleh : Muhammad Yusuf



Hasil gambar untuk gula semut 
Gambar Gula Semut ... Sumber Gambar :kebunaren.blogspot.com

Merujuk dari perkiraan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bahwa, kebutuhan gula secara nasional saat ini mencapai 5,7 juta ton. Kebutuhan gula itu, terdiri atas 2,8 juta ton gula kristal putih (GKP) untuk konsumsi langsung masyarakat dan 2,9 juta ton gula kristal rafinsi (GKR) untuk memenuhi kebutuhan industry (http://ekbis.sindonews.com). Dari total kebutuhan konsumsi dan industri gula secara nasional pada umumnya adalah gula Kristal atau gula putih yang kesemuanya  berasal dari tebu. Tebu sendiri merupakan salah satu komoditas pertanian yang menempati posisi penting, di mana lebih dari setengah produksi gula dunia berasal dari tanaman tebu (http://unram.ac.id). 

Seiring dengan pertumbuhan dan pola konsumsi masyarakat yang suka dengan makanan maupun minuman yang serba manis, kebutuhan akan gula dalam beberapa tahun terakhir diperkirkanakan  akan terus meningkat jumlahnya, alhasil dengan peningkatan ini maka sejatinya peningkatan akan tanaman tebu sebagai tanaman penghasil gula akan meningkat pula. Sementara itu, peroduktivitas tanaman tebu sangat tergantung pada kondisi iklim yang menguntungkan jika gejala musim panas terlalu lama dalam beberapa pekan maka dapat mengakibatkan tanah menjadi kering dan produktivitas tebu menjadi terhambat. 

Merujuk kepada persoalan diatas maka masalah yang di khawatirkan pada saat ini adalah bagaimana jika ketersediaan dan produktivitas tanaman tebu mengalami penurunan disaat peningkatan akan konsumsi gula nasional semakin meningkat ??. Dari pertanyaan tersebut hampir bisa dipastikan bahwa total konsumsi gula nasional akan mengalami masalah yang sangat luar biasa karena mengingat pasokan gula nasional kesemuanya sangat bergantung pada tanaman tebu. Ketergantungan masyarakat terhadap gula tebu yang semakin meningkat dan tidak di imbangi oleh ketersediaan yang cukup maka hal ini akan berakibat kepada mahalnya harga gula tebu di pasaran. Belum lagi di tambah ulah para spekulan dan pedagang yang ingin mengambil kesempatan dalam kondisi tersebut dengan menyetok ataupun menimbun gula sehingga gula menjadi langka dan menyebabkan harga gula tebu semakin melambung sampai tidak terjangkau oleh masyarakat.

Melihat permasalahan diatas tentu kita menjadi sangat khawatir bila mana sampai tanaman tebu mengalami penurunan produktivitasnya namun, kita juga harus tetap optimis sembari mencari alternative dari permasalahan tersebut. “Tidak boleh ada kata ketergantungan selama bumi masih mempersilahkan kekayaannya untuk kita pergunakan”.
 
Saya rasa anda juga sepakat dengan apa yang saya katakan, kita tidak boleh terlalu menggantungkan masa depan gula kita hanya kepada tanaman tebu, selama alam masih mempersilahkan kekayaannya untuk kita pergunakan. Kita masih bisa lepas dari ketergantungan itu dan mencari alternative baru dalam menghadapi persoalan pasokan gula kita dimasa yang akan datang  yaitu dengan menjadikan nira sebagai bahan pengganti dalam pembuatan gula. 

Menjadikan nira sebagai bahan pengganti pembuatan gula tentunya merupakan hal yang sangat aneh bagi saya pada awalnya dan bagi anda yang baru pertama sekali mendengarnya, karena sebagai mana yang kita ketahui selama ini adalah bahwa nira yang disadap dari pohon palma seperti kelapa, aren dan nipah biasanya dijadikan sebagai gula merah untuk membuat berbagai jenis kue . Namun, apa yang menjadi tabir keanehan yang selama ini ada pada diri saya tentang gula aren tersebut seolah hilang dalam sekejap seketika saya membaca sebuah Bloger milik Ir. H. Dian Kusumanto. Dalam tulisannya beliau mengatakan bahwa gula aren bisa dibentuk menjadi gula Kristal.

Gula Kristal atau yang kerap disebut orang sebagai gula semut merupakan gula merah namun versi bubuk, sementara itu kenapa ia disebut sebagai gula semut dikarenakan bentuk gula ini mirip dengan rumah semut yang bersarang di tanah. Gula semut memiliki dua varian warna yaitu warna merah dan warna putih. Gula semut dibuat dengan bahan dasar nira yang disadap dari pohon palma seperti kelapa, atau aren yang banyak terdapat di daerah dataran tinggi. 

Sementara itu dalam hal ketersediaan bahan baku, kita tidak perlu khawatir dengan masalah ketersediaan bahan baku karena gula ini dibuat dengan bahan dasar nira yang di ambil dari tanaman aren sehingga gula semut ini tidak akan tergantung dengan pasokan tebu yang ada di Indonesia. Bahkan dengan adanya gula semut sebagai gula alternatif dari gula tebu dapat membantu menambah pasokan persediaan gula nasional sehingga kebutuhan gula nasional akan tercukupi. 

Hal yang sama juga pernah dikatakan oleh Ir. H. Dian Kusumanto dalam tulisannya beliau juga sempat mengatakan bahwa bukan hanya sekedar menjadikan gula aren menjadi gula kristal hasil produksi nira aren dari suatu perkebunan aren yang dikelola secara intensif mampu mengalahkan dan bahkan melipat gandakan hasil gula pada luas areal yang sama pada tanaman tebu. Jika produksi gula ternyata lebih banyak dari yang dihasilkan oleh nira dalam sebuah luas lahan yang sama, maka dengan ini saya memiliki sebuah keyakinan  bahwa Indonesia di masa yang akan datang dapat memenuhi konsumsi gula nasional maupun mampu menuju swa sembada gula. 

Berangkat berdasarkan keyakinan ini pulalah saya bersama dosen saya  menjadi lebih tertarik untuk melakukan pekerjaan lebih lanjut yaitu dengan menjadikan nira sebagai bahan dasar dalam pembuatan gula semut. Caranya adalah dengan membangun suatu kemitraan yang kesemua anggotanya adalah pengusaha aren. Hal ini dilakukan agar para mitra mau bekerjasama dan dapat mengkonversikan nira – nira yang awalnya mereka produksi sebagai gula aren menjadi gula semut yang tentunya dapat menciptakan nilai tambah yang lebih tinggi bagi mereka. 

Beberapa waktu yang lalu dosen saya sudah melakukan observasi dimana ia sudah menemukan 3 orang mitra usaha nira di desa Padomuan Hutabangun Kecamatan Payabungan Timur Mandailing Natal. Desa Padomuan Timur merupakan sebuah desa  yang terletak di daerah perbukitan yang secara geografis daerah perbukitan biasanya memiliki tanah yang cukup lembab sehingga sangat cocok sebagai tempat hidup dan tumbuhnya pohon nira, keuntunggan letak geografis inilah sesungguhnya yang menjadi kekuatan bagi mitra – mitra usaha kami dalam mengembangkan usaha pengolahan nira menjadi gula kristal tersebut.  Namun terlepas dari itu,  ibarat kata pepatah tak ada manusia yang sempurna setidaknya hal ini juga berlaku bagi ketiga mitra usaha kami, disatu sisi mereka memang memiliki keunggulan letak geografis yang sangat baik namun disisi lain mereka juga masih banyak memiliki kelemahan – kelemahan yang harus dibenahi. Adapun kelemahan yang pertama yaitu, dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM). Dari segi sumber daya manusia ketiga mitra usaha yang kami ajak sangat memiliki banyak kelemahan adapun kelemahan – kelemahan itu seperti keahlian tentang bagaimana membudidayakan pohon aren. 

Selama ini ketiga mitra usaha kami hanya mencari nira dari pohon – pohon aren yang ada di hutan ataupun membeli dan mengumpulkan nira dari para pengepul yang juga mengumpulkan nira dari pohon aren yang hidup sembarangan di hutan. Pembudidayaan pohon aren sebenarnya sangat perlu, hal ini bertujuan untuk menjaga ketersediaan nira agar pembuatan gula kristal dapat beroperasi secara terus menerus. 

Selain itu masih dalam segi SDM ketiga mitra usaha kami juga memiliki kelemahan yaitu mereka belum bisa membuat sebuah pembukuan yang menyajikan sebuah informasi mengenai kas masuk dan kas keluar. Pembuatan kas masuk dan kas keluar sangat penting pada dasarnya untuk menarik investor ataupun pihak bank yang mau mendonasikan dananya kedalam usaha yang mereka dirikan. Dengan adanya masukan dana dari pihak luar tersebut maka dapat membantu para mitra – mitra usaha kami untuk mendirikan dan sekaligus memperluas usahannya.

Kelemahan yang kedua yaitu, dari sisi finansial (pembiayaan) dari ketiga mitra usaha kami tersebut kesemuanya memiliki masalah pendanaan yang sangat memprihatinkan sehingga tidak dapat membeli mesin – mesin utama dan mesin pendukung yang digunakan dalam memproduksi air nira menjadi gula Kristal (gula semut).

Dan adapun yang menjadi kelemahan ketiga yaitu berkaitan dengan sarana dan prasarana beserta infrastruktur pendukung yang dapat memberikan kemudahan bagi usaha tersebut seperti, ketersediaan listrik, jalan menuju tempat lokasi usaha dan lain sebagainya. 

Berdasarkan kelemahan – kelemahan dari mitra – mitra usaha kami tersebut maka saya bersama  ibuk dosen saya menjadi lebih tertarik lagi untuk membantu mereka dan memberikan solusi – solusi kepada mereka. Melalui program yang akan kami gagas ini harapannya dapat bermanfaat bagi para mitra – mitra usaha kami dalam rangka memberikan kesejahteraan bagi mereka melalui upaya menjadikan nira sebagai gula semut yang tentunya akan memiliki segmen pasar yang jauh lebih besar di bandingkan hanya sekedar di jadikan sebagai gula merah seperti yang mereka lakukan pada biasanya. 

Selain itu melalui program ini kami percaya bahwa dengan adanya pemanfaatan nira menjadi gula semut maka akan membantu dan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pemenuhan kuota konsumsi gula nasional bahkan bisa lebih dari pada itu, dengan pemanfaatan nira menjadi gula semut ini diharapkan agar dapat menjadi sebuah pondasi awal yang mengawali swa sembada gula di republik yang kita cintai ini. Smoga !!

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.