Gambar Gula Semut ... Sumber Gambar :kebunaren.blogspot.com
Merujuk
dari perkiraan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bahwa, kebutuhan gula
secara nasional saat ini mencapai 5,7 juta ton. Kebutuhan gula itu, terdiri
atas 2,8 juta ton gula kristal putih (GKP) untuk konsumsi langsung masyarakat
dan 2,9 juta ton gula kristal rafinsi (GKR) untuk memenuhi kebutuhan industry (http://ekbis.sindonews.com). Dari total kebutuhan konsumsi
dan industri gula secara nasional pada umumnya adalah gula Kristal atau gula
putih yang kesemuanya berasal dari tebu.
Tebu sendiri merupakan salah satu komoditas pertanian yang menempati posisi
penting, di mana lebih dari setengah produksi gula dunia berasal dari tanaman
tebu (http://unram.ac.id).
Seiring
dengan pertumbuhan dan pola konsumsi masyarakat yang suka dengan makanan maupun
minuman yang serba manis, kebutuhan akan gula dalam beberapa tahun terakhir
diperkirkanakan akan terus meningkat
jumlahnya, alhasil dengan peningkatan ini maka sejatinya peningkatan akan
tanaman tebu sebagai tanaman penghasil gula akan meningkat pula. Sementara itu,
peroduktivitas tanaman tebu sangat tergantung pada kondisi iklim yang
menguntungkan jika gejala musim panas terlalu lama dalam beberapa pekan maka
dapat mengakibatkan tanah menjadi kering dan produktivitas tebu menjadi
terhambat.
Merujuk
kepada persoalan diatas maka masalah yang di khawatirkan pada saat ini adalah
bagaimana jika ketersediaan dan produktivitas tanaman tebu mengalami penurunan
disaat peningkatan akan konsumsi gula nasional semakin meningkat ??. Dari
pertanyaan tersebut hampir bisa dipastikan bahwa total konsumsi gula nasional
akan mengalami masalah yang sangat luar biasa karena mengingat pasokan gula
nasional kesemuanya sangat bergantung pada tanaman tebu. Ketergantungan
masyarakat terhadap gula tebu yang semakin meningkat dan tidak di imbangi oleh
ketersediaan yang cukup maka hal ini akan berakibat kepada mahalnya harga gula
tebu di pasaran. Belum lagi di tambah ulah para spekulan dan pedagang yang
ingin mengambil kesempatan dalam kondisi tersebut dengan menyetok ataupun
menimbun gula sehingga gula menjadi langka dan menyebabkan harga gula tebu
semakin melambung sampai tidak terjangkau oleh masyarakat.
Melihat
permasalahan diatas tentu kita menjadi sangat khawatir bila mana sampai tanaman
tebu mengalami penurunan produktivitasnya namun, kita juga harus tetap optimis
sembari mencari alternative dari permasalahan tersebut. “Tidak boleh ada
kata ketergantungan selama bumi masih mempersilahkan kekayaannya untuk kita
pergunakan”.
Saya rasa
anda juga sepakat dengan apa yang saya katakan, kita tidak boleh terlalu
menggantungkan masa depan gula kita hanya kepada tanaman tebu, selama alam
masih mempersilahkan kekayaannya untuk kita pergunakan. Kita masih bisa lepas
dari ketergantungan itu dan mencari alternative baru dalam menghadapi persoalan
pasokan gula kita dimasa yang akan datang yaitu dengan menjadikan nira sebagai bahan
pengganti dalam pembuatan gula.
Menjadikan
nira sebagai bahan pengganti pembuatan gula tentunya merupakan hal yang sangat
aneh bagi saya pada awalnya dan bagi anda yang baru pertama sekali
mendengarnya, karena sebagai mana yang kita ketahui selama ini adalah bahwa
nira yang disadap dari pohon palma seperti kelapa, aren dan nipah biasanya
dijadikan sebagai gula merah untuk membuat berbagai jenis kue . Namun, apa yang
menjadi tabir keanehan yang selama ini ada pada diri saya tentang gula aren
tersebut seolah hilang dalam sekejap seketika saya membaca sebuah Bloger milik Ir. H. Dian Kusumanto. Dalam
tulisannya beliau mengatakan bahwa gula aren bisa dibentuk menjadi gula Kristal.
Gula Kristal atau yang kerap disebut
orang sebagai gula semut merupakan gula merah namun versi bubuk, sementara
itu kenapa ia disebut sebagai gula semut dikarenakan bentuk gula ini mirip
dengan rumah semut yang bersarang di tanah. Gula semut memiliki dua varian
warna yaitu warna merah dan warna putih. Gula semut dibuat dengan bahan dasar
nira yang disadap dari pohon palma seperti kelapa, atau aren yang banyak
terdapat di daerah dataran tinggi.
Sementara itu dalam hal ketersediaan bahan baku, kita tidak perlu khawatir dengan masalah ketersediaan bahan baku karena gula ini dibuat dengan bahan dasar nira yang di ambil dari tanaman aren sehingga gula semut ini tidak akan tergantung dengan pasokan tebu yang ada di Indonesia. Bahkan dengan adanya gula semut sebagai gula alternatif dari gula tebu dapat membantu menambah pasokan persediaan gula nasional sehingga kebutuhan gula nasional akan tercukupi.
Sementara itu dalam hal ketersediaan bahan baku, kita tidak perlu khawatir dengan masalah ketersediaan bahan baku karena gula ini dibuat dengan bahan dasar nira yang di ambil dari tanaman aren sehingga gula semut ini tidak akan tergantung dengan pasokan tebu yang ada di Indonesia. Bahkan dengan adanya gula semut sebagai gula alternatif dari gula tebu dapat membantu menambah pasokan persediaan gula nasional sehingga kebutuhan gula nasional akan tercukupi.
Hal yang sama juga pernah dikatakan
oleh Ir. H. Dian Kusumanto dalam tulisannya beliau juga sempat mengatakan bahwa
bukan hanya sekedar menjadikan gula aren menjadi gula kristal hasil produksi nira
aren dari suatu perkebunan aren yang dikelola secara intensif mampu mengalahkan
dan bahkan melipat gandakan hasil gula pada luas areal yang sama pada tanaman tebu.
Jika produksi gula ternyata lebih banyak dari yang dihasilkan oleh nira dalam
sebuah luas lahan yang sama, maka dengan ini saya memiliki sebuah keyakinan bahwa Indonesia di masa yang akan datang dapat
memenuhi konsumsi gula nasional maupun mampu menuju swa sembada gula.
Berangkat berdasarkan keyakinan ini
pulalah saya bersama dosen saya menjadi
lebih tertarik untuk melakukan pekerjaan lebih lanjut yaitu dengan menjadikan
nira sebagai bahan dasar dalam pembuatan gula semut. Caranya adalah dengan membangun
suatu kemitraan yang kesemua anggotanya adalah pengusaha aren. Hal ini
dilakukan agar para mitra mau bekerjasama dan dapat mengkonversikan nira – nira
yang awalnya mereka produksi sebagai gula aren menjadi gula semut yang tentunya
dapat menciptakan nilai tambah yang lebih tinggi bagi mereka.
Beberapa waktu yang lalu dosen saya
sudah melakukan observasi dimana ia sudah menemukan 3 orang mitra usaha nira di
desa Padomuan Hutabangun Kecamatan Payabungan Timur Mandailing Natal. Desa
Padomuan Timur merupakan sebuah desa
yang terletak di daerah perbukitan yang secara geografis
daerah perbukitan biasanya memiliki tanah yang cukup lembab sehingga sangat
cocok sebagai tempat hidup dan tumbuhnya pohon nira, keuntunggan letak
geografis inilah sesungguhnya yang menjadi kekuatan bagi mitra – mitra usaha
kami dalam mengembangkan usaha pengolahan nira menjadi gula kristal tersebut. Namun terlepas dari itu, ibarat kata pepatah tak ada manusia yang
sempurna setidaknya hal ini juga berlaku bagi ketiga mitra usaha kami, disatu
sisi mereka memang memiliki keunggulan letak geografis yang sangat baik namun
disisi lain mereka juga masih banyak memiliki kelemahan – kelemahan yang harus
dibenahi. Adapun kelemahan yang pertama yaitu, dari sisi Sumber Daya Manusia
(SDM). Dari segi sumber daya manusia ketiga mitra usaha yang kami ajak sangat
memiliki banyak kelemahan adapun kelemahan – kelemahan itu seperti keahlian
tentang bagaimana membudidayakan pohon aren.
Selama ini
ketiga mitra usaha kami hanya mencari nira dari pohon – pohon aren yang ada di
hutan ataupun membeli dan mengumpulkan nira dari para pengepul yang juga
mengumpulkan nira dari pohon aren yang hidup sembarangan di hutan.
Pembudidayaan pohon aren sebenarnya sangat perlu, hal ini bertujuan untuk
menjaga ketersediaan nira agar pembuatan gula kristal dapat beroperasi secara
terus menerus.
Selain itu
masih dalam segi SDM ketiga mitra usaha kami juga memiliki kelemahan yaitu
mereka belum bisa membuat sebuah pembukuan yang menyajikan sebuah informasi
mengenai kas masuk dan kas keluar. Pembuatan kas masuk dan kas keluar sangat
penting pada dasarnya untuk menarik investor ataupun pihak bank yang mau
mendonasikan dananya kedalam usaha yang mereka dirikan. Dengan adanya masukan
dana dari pihak luar tersebut maka dapat membantu para mitra – mitra usaha kami
untuk mendirikan dan sekaligus memperluas usahannya.
Kelemahan yang
kedua yaitu, dari sisi finansial (pembiayaan) dari ketiga mitra usaha kami
tersebut kesemuanya memiliki masalah pendanaan yang sangat memprihatinkan
sehingga tidak dapat membeli mesin – mesin utama dan mesin pendukung yang
digunakan dalam memproduksi air nira menjadi gula Kristal (gula semut).
Dan adapun
yang menjadi kelemahan ketiga yaitu berkaitan dengan sarana dan prasarana
beserta infrastruktur pendukung yang dapat memberikan kemudahan bagi usaha
tersebut seperti, ketersediaan listrik, jalan menuju tempat lokasi usaha dan
lain sebagainya.
Berdasarkan
kelemahan – kelemahan dari mitra – mitra usaha kami tersebut maka saya bersama ibuk dosen saya menjadi lebih tertarik lagi
untuk membantu mereka dan memberikan solusi – solusi kepada mereka. Melalui program
yang akan kami gagas ini harapannya dapat bermanfaat bagi para mitra – mitra
usaha kami dalam rangka memberikan kesejahteraan bagi mereka melalui upaya menjadikan
nira sebagai gula semut yang tentunya akan memiliki segmen pasar yang jauh
lebih besar di bandingkan hanya sekedar di jadikan sebagai gula merah seperti
yang mereka lakukan pada biasanya.
Selain itu
melalui program ini kami percaya bahwa dengan adanya pemanfaatan nira menjadi gula
semut maka akan membantu dan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam
pemenuhan kuota konsumsi gula nasional bahkan bisa lebih dari pada itu, dengan
pemanfaatan nira menjadi gula semut ini diharapkan agar dapat menjadi sebuah
pondasi awal yang mengawali swa sembada gula di republik yang kita cintai ini.
Smoga !!
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.