Oleh : Muhammad Yusuf
Sumber Gambar : www.antaranews.com
Tak terasa dalam beberapa hari kedepan kita akan
menyambut datangnya hari raya Idul Fitri
. Idul Fitri merupakan hari besar umat Islam di seluruh dunia yang dirayakan
setelah sebulan penuh berpuasa . Di negara – negara yang mayoritas maupun
minoritas penduduknya beragama Islam Idul Fitri di peringati dengan cara yang
berbeda - beda tentunya .
Di
negara yang minoritas penduduknya beragama Islam seperti di Amerika
Serikat momentum dalam menyambut datangnya
hari raya Idul Fitri dirayakan sangat sederhana , umumnya masyarakat muslim
disana setelah solat Idul Fitri hanya sekedar bersalaman dan makan bersama
keluarga ataupun bersama kerabat serta
tetangganya yang muslim saja .
Hal
tersebut tentunya sangat jauh berbeda dengan di Indonesia yang mayoritas
penduduknya adalah beragama Islam . Momentum Idul Fitri di negri ini ditandai
dengan kegiatan mudik ke kampung halaman dan berbelanja .
Ketika
Idul Fitri mulai datang maka kebanyakan masyarakat kita berduyun – duyun pergi
ke pasar tradisional ataupun ke pusat – pusat perbelanjaan moderen seperti Mal
untuk membeli baju maupun kebutuhan
konsumsi untuk Idul Fitri .
Hal
ini tentunya bukan masalah jikalau kebutuhan yang di beli merupakan kebutuhan
yang harus di penuhi , akan tetapi adakalanya kita sebagai konsumen membeli
sesuatu yang sebenarnya belum menjadi kebutuhan yang kita butuhkan atau malah
membeli sesuatu yang baru padahal yang lama juga masih bagus dan layak untuk
dipakai . Nah contoh dari prilaku tersebut
merupakan contoh dari perilaku yang berlebih – lebihan .
Perilaku
berlebih – lebihan sudah sangat membudaya bagi sebagian kalangan masyarakat
Indonesia . Padahal dalam ajaran agama Islam tidak dianjurkan sama sekali berprilaku
berlebih lebihan dalam hal makan dan minum maupun dalam membeli barang – barang
tertentu sebagai mana yang disebutkan dalam (QS. al – A’raf : 31) Wahai anak cucu Adam ! Pakailah pakaianmu
yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah ,tetapi jangan
berlebihan .Sesungguhnya , Allah tidak menyukai orang yang berlebih – lebihan .
Berprilaku
berlebih lebihan bukanlah sesuatu hal yang dibenarkan dalam ajaran Islam. Dalam
kondisi apapun baik pada saat bulan suci Ramadhan maupun dalam menyambut
datangnya hari raya Idul Fitri .
Berprilaku
berlebih - lebihan merupakan gambaran dari prilaku konsumerisme . Secara umum
prilaku konsumerisme merupakan gaya hidup yang tidak hemat sehingga sangat
tidak mendidik bagi masyarakat Indonesia yang masih tergolong kedalam negara berkembang .
Akan
tetapi , pada kenyataanya prilaku konsumerisme tersebut bukanlah sesuatu yang
selalu bernuansa negatif . Perilaku konsumerisme juga dapat menghasilkan
sesuatu yang bernuansa positif
apabila benar – benar diarahkan untuk sesuatu hal yang baik misalnya dalam
membangun rasa nasionalisme .
** Nasionalisme Baru **
Nasionalisme
mengalami peroses yang berubah – ubah sehingga bentuknyapun sangat beragam .
Kalau dulu pada masa penjajahan rasa nasionalisme adalah rasa cinta tanah air
yang di ikuti oleh rasa persatuan dan kesatuan dalam membela tanah air dari
cengkraman penjajahan Belanda , maka seiring dengan perkembangan zaman yang di
ikuti oleh kondisi perdagangan bebas antar negara saat ini maka tak salah jika wujud
nasionalisme pada masa sekarang ini bisa diwujudkan dalam hal membeli barang
buatan negeri sendiri .
Seorang
ahli ekonomi Dudley Seers (1981) mengatakan bahwa ketergantungan ekonomi tidak
dengan sendirinya menutup ruang bagi negara untuk meningkatkan kemajuan ekonomi
dan kesejahteraan rakyat . Maka hal yang bisa dipastikan dalam memutuskan
ketergantungan tersebut ialah dengan pembentukan ekonomi yang berdikari (
Berdiri diatas kaki sendiri ) sebagaimana yang di cetuskan oleh bung Karno .
Sebagai
sebuah bangsa dengan budaya Konsumerisme yang sangat tinggi tentunya Indonesia
memiliki potensi utama dalam membangun perekonomian yang berdikari tersebut . Jika
budaya konsumerisme ini diarahkan kepada pembelian produk dalam negeri maka hal
tersebut merupakan sebuah momentum bagi pembangunan ekonomi Indonesia yang
berdiri sendiri kedepannya yang dapat memperlonggar cekraman akan
ketergantungan terhadap bangsa asing yang selama ini mendominasi perekonomian
Indonesia .
Sudah
saatnya pemerintah bersama pelaku usaha dan segenap
bangsa Indonesia sama – sama membangun sebuah koneksi dan kepercayaan bersama
dalam menyiapkan ini semua . Ekonomi Indonesia yang berdikari akan dicapai bila
prilaku konsumerisme kita di arahkan
menuju wujud pembangunan rasa nasionalisme yaitu dengan cara membeli
barang – barang buatan dalam negeri .
Prilaku
konsumerisme yang sudah membudaya di masyarakat Indonesia sejatinya harus
dimaknai sebagai sebuah bentuk nasionalisme . Prilaku konsumerisme yang sudah
membudaya mustahil untuk di ubah namun dengan mengarahkan perilaku konsumerisme menuju wujud pembangunan rasa nasionalisme yaitu
melalui cara membeli produk – produk buatan dalam negeri merupakan
langkah awal bagi kita dalam menghadapi perkembangan zaman yang ditandai dengan
dibukanya perdagangan bebas antar negara .
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.