Sunday, October 4, 2020

Mengenal Pendidikan Taman Siswa dan Asas- Asas Taman Siswa



Sejarah Taman Siswa

Setiap 2 Mei kita dihadapkan pada kesibukan rutin memperingati Hari Pendidikan Nasional. 2 Mei itu merupakan tanggal kelahiran tokoh pendidikan nasional, Ki Hadjar Dewantara, yang bernama asli Suwardi Suryaningrat yang lahir pada 2 Mei 1879 di Yogyakarta. Ia adalah putra dari pangeran di Paku Alam.

Ki Hadjar Dewantara sebetulnya bukan hanya seorang tokoh pendidikan, tapi juga tokoh pergerakan nasional. Dalam sejarah pergerakan kemerdekaan, kita mengenal istilah Tiga Serangkai, yaitu E.F.E Douwes Dekker, Tjipto Mangunkoesoemo, dan Ki Hadjar Dewantara. Mereka mendirikan partai politik pertama di Hindia Belanda yang dikenal dengan sebutan Indische Partij pada 25 Desember 1912.

Ki Hadjar juga dikenal sebagai jurnalis dan penulis ulung. Dia menulis esai berjudul Als ik een Nederlander was… (Seandainya saya seorang Belanda….). Esai ini merupakan kritik yang sangat tajam terhadap rencana pemerintah kolonial untuk menyelenggarakan 100 tahun kemerdekaan Belanda. Karena kritiknya yang sangat tajam tersebut, Ki Hadjar kemudian dikirim ke Negeri Belanda selama enam tahun (1913-1919).

Namun, pengasingannya ke Negeri Belanda itu tidak membuat idealisme perjuangan Ki Hadjar surut. Sebaliknya ia justru belajar banyak hal, terutama dalam bidang politik dan pendidikan. Ia juga berkenalan dengan gagasan pendidikan Friederich Wilhelm August Frobel (1782-1852), yang menjadikan permainan sebagai media pembelajaran, dan Maria Montessori (1870-1952), yang memberikan kemerdekaan kepada anak-anak.

Pemikiran kedua tokoh itu menjadi dasar pengembangan Perguruan Tamansiswa yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara tiga tahun berikutnya setelah pulang dari Negeri Belanda, tepatnya pada 3 Juli 1922.

Tujuan Perguruan Tamansiswa itu adalah menuju Indonesia merdeka, demi terwujudnya masyarakat tertib dan damai. Menurut Ki Hadjar Dewantara, Pendidikan Nasional Tamansiswa adalah antitesa terhadap sistem pendidikan penjajah yang mengutamakan intelektualistis, individualistis, dan materialistis.

Perguruan Tamansiswa juga didirikan untuk menampung minat masyarakat Hindia yang ingin bersekolah namun terkendala oleh berbagai hal, termasuk status sosial. Sebab, pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Hindia Belanda saat itu lebih diperuntukkan bagi kaum bangsawan maupun pangreh praja (pegawai pemerintah), sehingga rakyat jelata tidak bisa bersekolah.

Kehadiran Perguruan Tamansiswa membuka kesempatan bagi semua orang untuk bisa bersekolah secara mudah dan murah. Mudah karena tidak ada persyaratan-persyaratan khusus, sedangkan murah dalam artian biayanya terjangkau oleh semua golongan. Tidak mengherankan bila dalam kurun waktu delapan tahun (1922-1930) jumlah Perguruan Tamansiswa telah mencapai 100 cabang dengan jumlah puluhan ribu murid hingga saat ini.


Asas- Asas yang Dimiliki Oleh Taman Siswa

1.   Asas Kebudayaan

Mengandung arti keharusan untuk memelihara nilai-nilai dan bentuk-bentuk kebudayaan nasional. Dalam memelihara kebudyaan nasional itu ke arah kemajuan yang sesuai dengan kecerdasan jaman, kemajuan dunia guna kepentingan hidup rakyat lahir dan batin  dalam tiap-tiap jaman dan keadaannya.

Contoh penerapan asas Kebudayaan masa kini :

Azas kebudayaan dapat dipertahankan dan dilestarikan hingga saat ini yaitu dengan cara memberikan pelajaran tambahan atau ekstrakulikuler menari tari tradisional bagi siswa dan siswi sekloah di tiap tingkatan pendidikan.

 

2.   Asas Kemerdekaan

Megandung arti bahwa kemerdekaan adalah karunia kodrat alam kepada semua maklhuk manusia yang memberikan kepadanya “hak swa wasesa” dengan selalu meengingat syarat-syarat tertib damainya hidup bersama.

Contoh penerapan asas kemerdekaan masa kini :

Azas kemerdekaan di terapkan pada masa sekarang ini yaitu kemerdekaan berserikat, berkumpul dan mengemukakan pendapat sebagai mana yang terkandung di dalam Undang- Undang Dasar 1945 pasal 28.

Dalam dunia pendidikan asas kemerdekaan dituangkan dalam program merdeka belajar, artinya siswa di berikan kebebasan dalam menyatakan pendapat atau gagasannya dalam belajar.


3.   Asas Kerakyatan

Diartikan kedaulatan berada di tangan rakyat, asas musyawarah mufakat adalah kedaulatan masyarakat untuk bermusyawarah untuk mencapai mufakat.

Contoh penerapan asas kerakyatan masa kini :

Dalam persfektif demokratis azas ini dapat diberikan contoh pada  pemilihan Presiden atau DPR yang dilakukan secara langsung oleh rakyat, atau kepala desa, ketua  RT dll. Pemilihan melalui regulasi masing-masing mencermikan asas kemasyarakatan--bahwa rakyat lah yang menentukan pemimpin mereka sendiri. pemilihan juga merupakan bentuk dari musyawarah (bergaining) dengan cara yang lebih sistematis.

Dalam dunia pendidikan asas kerakyatan dapat dilihat dari program yang di buat oleh pemerintah yaitu salah satunya adalah program dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sebagai upaya penyerataan pendidikan.

 

4.   Asas kekuatan sendiri (Berdikari)

Konsep berdikari dapat diartikan sebagai konsep berhemat dalam pendidikan. Konsep berhemat dalam pendidikan merupakan ide untuk dapat menghemat biaya pendidikan yang dibebankan kepada peserta didik. Konsep ini merupakan sebuah pengembangan yang diterapkan dari asas kekuatan sendiri (berdikari). Untuk membiayai pendidikan dengan pendapatan sendiri, tanpa memperoleh bantuan dari pihak lain yang mengikat secara lahir dan batin.

Contoh penerapan asas kekuatan sendiri (berdikari) masa kini :

Pemerintah berupaya mendorong siswa/ siswi SMK untuk menjadi siswa/ siswi yang mandiri melalui program Sekolah Pencetak Wirausaha (SPW). Dimana pada program ini siswa/ siswi dilatih untuk berwirausaha dan memiliki penghasilan. Melalui program ini harapannya dapat membantu siswa menjadi lebih mandiri dan dapat membiayai pendidikannya. Selain itu, program ini juga diharapkan mampu untuk menekan angka pengangguran di tingkat SMK.

 

5.   Asas berhamba kepada anak

Untuk menjadikan siswa/ siswi yang berakhlak mulia guru harus mendidik siswa secara tulus dan ikhlas tanpa ada ikatan apapun. Sehingga tercipta kenyamanan guru dan siswa yang saling menghormati satu sama lain dalam proses belajar.

Contoh penerapan asas berhamba kepada anak masa kini :

Asas berhamba kepada anak penerapannya masa kini adalah dengan di buatnya pola belajar yang berpusat kepada anak atau dengan kata lain anak di ajarkan untuk aktif memberikan pendapat dan pandagannya terhadap suatu pokok bahasan dalam pembelajaran. Sehingga anak- didik merasa dihargai pendapatnya dan ia menjadi lebih antusias dalam belajar.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.