Sejarah
Taman Siswa
Setiap 2 Mei kita dihadapkan
pada kesibukan rutin memperingati Hari Pendidikan Nasional. 2 Mei itu merupakan
tanggal kelahiran tokoh pendidikan nasional, Ki Hadjar Dewantara, yang bernama
asli Suwardi Suryaningrat yang lahir pada 2 Mei 1879 di Yogyakarta. Ia adalah
putra dari pangeran di Paku Alam.
Ki Hadjar Dewantara sebetulnya
bukan hanya seorang tokoh pendidikan, tapi juga tokoh pergerakan nasional.
Dalam sejarah pergerakan kemerdekaan, kita mengenal istilah Tiga Serangkai,
yaitu E.F.E Douwes Dekker, Tjipto Mangunkoesoemo, dan Ki Hadjar Dewantara.
Mereka mendirikan partai politik pertama di Hindia Belanda yang dikenal dengan
sebutan Indische Partij pada 25 Desember 1912.
Ki Hadjar juga dikenal
sebagai jurnalis dan penulis ulung. Dia menulis esai berjudul Als ik een
Nederlander was… (Seandainya saya seorang Belanda….). Esai ini merupakan kritik
yang sangat tajam terhadap rencana pemerintah kolonial untuk menyelenggarakan
100 tahun kemerdekaan Belanda. Karena kritiknya yang sangat tajam tersebut, Ki
Hadjar kemudian dikirim ke Negeri Belanda selama enam tahun (1913-1919).
Namun, pengasingannya ke
Negeri Belanda itu tidak membuat idealisme perjuangan Ki Hadjar surut.
Sebaliknya ia justru belajar banyak hal, terutama dalam bidang politik dan
pendidikan. Ia juga berkenalan dengan gagasan pendidikan Friederich Wilhelm
August Frobel (1782-1852), yang menjadikan permainan sebagai media
pembelajaran, dan Maria Montessori (1870-1952), yang memberikan kemerdekaan
kepada anak-anak.
Pemikiran kedua tokoh itu
menjadi dasar pengembangan Perguruan Tamansiswa yang didirikan oleh Ki Hadjar
Dewantara tiga tahun berikutnya setelah pulang dari Negeri Belanda, tepatnya
pada 3 Juli 1922.
Tujuan Perguruan Tamansiswa
itu adalah menuju Indonesia merdeka, demi terwujudnya masyarakat tertib dan
damai. Menurut Ki Hadjar Dewantara, Pendidikan Nasional Tamansiswa adalah
antitesa terhadap sistem pendidikan penjajah yang mengutamakan
intelektualistis, individualistis, dan materialistis.
Perguruan Tamansiswa juga
didirikan untuk menampung minat masyarakat Hindia yang ingin bersekolah namun
terkendala oleh berbagai hal, termasuk status sosial. Sebab, pendidikan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Hindia Belanda saat itu lebih diperuntukkan
bagi kaum bangsawan maupun pangreh praja (pegawai pemerintah), sehingga rakyat
jelata tidak bisa bersekolah.
Kehadiran Perguruan
Tamansiswa membuka kesempatan bagi semua orang untuk bisa bersekolah secara
mudah dan murah. Mudah karena tidak ada persyaratan-persyaratan khusus,
sedangkan murah dalam artian biayanya terjangkau oleh semua golongan. Tidak
mengherankan bila dalam kurun waktu delapan tahun (1922-1930) jumlah Perguruan
Tamansiswa telah mencapai 100 cabang dengan jumlah puluhan ribu murid hingga
saat ini.
Asas- Asas
yang Dimiliki Oleh Taman Siswa
1.
Asas
Kebudayaan
Mengandung arti keharusan untuk memelihara
nilai-nilai dan bentuk-bentuk kebudayaan nasional. Dalam memelihara kebudyaan
nasional itu ke arah kemajuan yang sesuai dengan kecerdasan jaman, kemajuan
dunia guna kepentingan hidup rakyat lahir dan batin dalam tiap-tiap jaman dan keadaannya.
Contoh
penerapan asas Kebudayaan masa kini :
Azas kebudayaan dapat dipertahankan dan
dilestarikan hingga saat ini yaitu dengan cara memberikan pelajaran tambahan
atau ekstrakulikuler menari tari tradisional bagi siswa dan siswi sekloah di
tiap tingkatan pendidikan.
2.
Asas
Kemerdekaan
Megandung arti bahwa kemerdekaan adalah
karunia kodrat alam kepada semua maklhuk manusia yang memberikan kepadanya “hak
swa wasesa” dengan selalu meengingat syarat-syarat tertib damainya hidup
bersama.
Contoh
penerapan asas kemerdekaan masa kini :
Azas kemerdekaan di terapkan pada masa
sekarang ini yaitu kemerdekaan berserikat, berkumpul dan mengemukakan pendapat
sebagai mana yang terkandung di dalam Undang- Undang Dasar 1945 pasal 28.
Dalam dunia pendidikan asas kemerdekaan
dituangkan dalam program merdeka belajar, artinya siswa di berikan kebebasan
dalam menyatakan pendapat atau gagasannya dalam belajar.
3.
Asas
Kerakyatan
Diartikan kedaulatan berada di tangan rakyat,
asas musyawarah mufakat adalah kedaulatan masyarakat untuk bermusyawarah untuk
mencapai mufakat.
Contoh
penerapan asas kerakyatan masa kini :
Dalam persfektif demokratis azas ini dapat
diberikan contoh pada pemilihan Presiden
atau DPR yang dilakukan secara langsung oleh rakyat, atau kepala desa,
ketua RT dll. Pemilihan melalui regulasi
masing-masing mencermikan asas kemasyarakatan--bahwa rakyat lah yang menentukan
pemimpin mereka sendiri. pemilihan juga merupakan bentuk dari musyawarah
(bergaining) dengan cara yang lebih sistematis.
Dalam dunia pendidikan asas kerakyatan dapat
dilihat dari program yang di buat oleh pemerintah yaitu salah satunya adalah
program dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sebagai upaya penyerataan
pendidikan.
4.
Asas
kekuatan sendiri (Berdikari)
Konsep berdikari dapat diartikan sebagai
konsep berhemat dalam pendidikan. Konsep berhemat dalam pendidikan merupakan
ide untuk dapat menghemat biaya pendidikan yang dibebankan kepada peserta
didik. Konsep ini merupakan sebuah pengembangan yang diterapkan dari asas
kekuatan sendiri (berdikari). Untuk membiayai pendidikan dengan pendapatan
sendiri, tanpa memperoleh bantuan dari pihak lain yang mengikat secara lahir
dan batin.
Contoh
penerapan asas kekuatan sendiri (berdikari) masa kini :
Pemerintah berupaya mendorong siswa/ siswi SMK
untuk menjadi siswa/ siswi yang mandiri melalui program Sekolah Pencetak
Wirausaha (SPW). Dimana pada program ini siswa/ siswi dilatih untuk berwirausaha
dan memiliki penghasilan. Melalui program ini harapannya dapat membantu siswa
menjadi lebih mandiri dan dapat membiayai pendidikannya. Selain itu, program ini
juga diharapkan mampu untuk menekan angka pengangguran di tingkat SMK.
5.
Asas
berhamba kepada anak
Untuk menjadikan siswa/ siswi yang berakhlak
mulia guru harus mendidik siswa secara tulus dan ikhlas tanpa ada ikatan
apapun. Sehingga tercipta kenyamanan guru dan siswa yang saling menghormati
satu sama lain dalam proses belajar.
Contoh
penerapan asas berhamba kepada anak masa kini :
Asas berhamba kepada anak penerapannya masa kini adalah
dengan di buatnya pola belajar yang berpusat kepada anak atau dengan kata lain
anak di ajarkan untuk aktif memberikan pendapat dan pandagannya terhadap suatu
pokok bahasan dalam pembelajaran. Sehingga anak- didik merasa dihargai
pendapatnya dan ia menjadi lebih antusias dalam belajar.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.